Sejarah dan Histori Berdirinya Gerunggang Onam
( Desa Batumas, Desa Cegolak, Desa Pateh Benteng)
Pada zaman dahulu kala, ada seorang bernama Pateh Nyorak. Ia sebagai
orang terpandang dan cakap, diangkat menjadi Domong Puluhan, Lawang
Merintah, Ulun Menyiuh. Pekerjaan sehari-harinya juga hidup bercocok
tanam atau bertani. Ia tinggal di sebuah kampung bernama Serawak Tuwe,
Laman Lambat, Batu Monang yang disebut Desa Batu Mas, Kecamatan Nanga
Tayap, Kabupaten Ketapang sekarang ini.
Pada masa Patih Nyorak sebagai Domong Merintah Ulun Menyiuh, alam
di wilayahnya pada masa itu masih subur. Dengan kata lain lubuk masih
banyak ikan, hutan masih banyak binatang (sebagai indikasi daerah
subur), setiap tahun berladang dengan tidak begitu luas namun hasilnya
sampai seribu kali lipat bahkan lebih dari jumlah benih yang ditabur
atau ditugal.
Begitu juga kondisi hutan dan sungainya, dalam waktu yang sama,
saat seseorang menanak nasi di rumah, seorang yang lainnya memancing
atau berburu, nasinya belum masak, seseorang yang memancing atau berburu
tadi sudah datang dan mendapat ikan atau binatang seperti babi hutan
atau rusa.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun situasi
serta kondisi tersebut tidak bisa bertahan. Kondisi alam berangsur
berubah seiring perkembangan jaman. Sungai, lubuk, ikannya sudah mulai
berkurang, begitu juga hutan, binatang, babi hutan, rusa dan lainnya
sudah mulai langka. Namun seorang Pateh Nyorak melihat, mengalami
situasi serta kondisi tersebut, masih merenung karena sudah terbiasa dan
dibentuk oleh situasi dan kondisi alam lamanya. Hanya saja ada timbul
pemikirannya untuk melaksanakan niat, kaul, dan tapa guna menemukan
permasalahan dan jalan pemecahannya.
Pada suatu hari, Patih Nyorak berangkat ke Hulu Sungai
Gerunggang, Bukit Sekoron, Riam Tingkong, Belaban Gonting, untuk betapa
(bersemedi). Dalam niat, kaul tapanya Patih Nyorak meminta kepada
Dewata, supaya berumah dapat harta, berladang dapat padi, berburu dapat
binatang, tentunya lebih banyak dari yang biasanya. Namun dalam tidur
tapanya, dalam mimpinya dikatakan sebagai berikut, ”Kamu masih bisa
berladang dapat padi, berumah dapat harta, berburu dapat binatang, namun
satu syarat yang harus kamu penuhi. Sebagai perumpamaan jika kamu mau
berladang dapat padi, injaklah ladangmu! Jika tapak kakimu menutupi
semua ladangmu, di situlah kamu akan mendapatkan padi untuk
kesejahteraan yang jumlahnya lebih dari seribu kali lipat dari jumlah
benih yang kamu tanam. Begitu juga di sektor lainnya, seperti berburu,
mengumpulkan harta dan lain sebagainya.”
Jika bekas telapak kakimu menutupi seluruh ladangmu, kamu akan
mendapatkan hasil yang berlimpah. Kerja keras yang dilambangkan dengan
bekas tapak kaki yang menutupi ladang, kebunnya, serta hasil yang
berlimpah artinya kesejahteraan.
Jaman sekarang, sejahtera itu berarti hidup rukun di dalam
keluarga, antar tetangga. Ada uang untuk membeli sesuatu, sesuai
kebutuhan. Saat lapar ada beras untuk dimasak, ada lauk dan sayur-mayur.
Punya rumah layak huni (atap tidak bocor saat hujan, tidak
berangin/kedinginan, cukup ventilasi dan sirkulasi udara segar). Jika
sakit punya uang untuk berobat, biaya naik kendaraan, ada pakaian untuk
kerja, ada pakaian untuk undangan/pesta, saat tidur kedinginan ada
selimut. Ada waktu libur, rekreasi, refreshing (petani pun perlu
jalan-jalan ke kota, ke luar pulau, bahkan keluar negeri).
Itulah sebenarnya makna dari telapak kaki yang dimimpikan oleh
Patih Nyorak dan intinya adalah agar kita kerja keras dalam hidup ini.
No comments:
Post a Comment